Kuala Lumpur masih terasa sama seperti terakhir kali aku menjejakkan kaki di kota ini pada 2023 silam. Kota yang sibuk dengan panas yang menyengat. Warung makan India yang terjejal di antara ruko dekat Central Market pun terlihat tak ada bedanya, bahkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berasal dari Jawa Timur masih bekerja di sana sebagai pramuniaga. Kuala Lumpur memang begini-begini saja namun nyatanya aku hampir selalu mampir dalam beberapa tahun terakhir ini. Yah... mau bagaimana lagi? Pusat hub dari pesawat low cost carrier ada di sini. Mau tak mau, suka tak suka, Kuala Lumpur hampir selalu menjadi pilihan yang tepat untuk transit.
Kuala Lumpur sangat identik dengan kuliner malam yang sedap dan surga belanja. Selain itu, wisatawan sering kali melipir sedikit ke arah Putera Jaya, Genting Highland, atau Batu Cave. Aku dan Peata, datang kemari tanpa itinerary: tidak ada daftar tempat wisata, tidak ada target foto. Tujuan kami singgah di Kuala Lumpur adalah untuk rehat. Perjalanan kami sebelumnya di Singapura dan Melaka memang sudah cukup menguras tenaga. Jadi, kami hanya ingin bersantai di kota ini: bangun siang, jalan santai, makan kapanpun sesuka hati. Lalu, entah ide ini datang dari mana, kami memutuskan untuk menyusuri Kuala Lumpur dan singgah dari satu toko buku ke toko buku yang lain supaya beberapa hari di sini tidak terasa sia-sia.
Jalan-jalan menyusuri toko buku ini, sepertinya, juga berangkat dari rasa kecewa yang kami bawa dari Singapura. Waktu itu, kami sempat menyempatkan diri datang ke sebuah toko buku bekas yang masuk dala itinerary kami, tapi ketika sampai, pintunya tertutup. Sepertinya semesta memang sengaja mengubah rencana kami.
 |
| BookXcess |
Hari itu Kuala Lumpur panas, teriknya sungguh menyiksa menembus kulit. Walaupun begitu, kami memutuskan untuk jalan kaki untuk menghemat.
Lagi pula, jaraknya pun tak sampai 2 kilo meter antara satu toko buku dengan toko buku lain. Sungguh, ternyata keputusan ini bukanlah keputusan yang terbaik: inilah seni menyiksa diri sendiri. Dan inilah... toko buku yang berhasil kami singgahi!
Moontree
'Toko buku yang amat manis!', pikirku kala itu. Toko buku ini tak terlalu besar, terletak di sebuah ruangan di suatu gedung bersama. Konsep toko buku ini unik, toko ini merupakan perpaduan antara toko buku, kafe, dan
prop stores. Jadi, kita bisa membeli buku, ngopi-ngopi cantik, juga membeli berbagai aksesoris yang manis dan menggemaskan seperti kartu pos, stiker, gantungan kunci, dan lain-lain. Toko buku ini sangat
homey! Sayang sekali, buku yang dijual mayoritas berbahasa mandarin.
Oh, ya... ada beberapa hal yang membuatku kurang nyaman dengan toko buku ini. Pertama, penjaganya.
Perhaps it was just their way but as an Indonesian, I felt like it was a bit rude. Also, their signages are pretty satire. Well, I do love satire but putting satire signage for customers isn't my thing so... that's minus points from me :") Kalau ga salah, ada salah satu signage yang kurang lebih berbunyi begini:
"Don't take picture without permission or stafff will scold you. For real." Like?!
 |
| Tampilan depan toko |
 |
| Buku-buku yang dijual |
Riwayat
Sebuah toko buku mungil di antara jajaran toko-toko lain di deretan ruko. Toko buku ini kecil dan hangat. Stafnya pun sangat ramah! Ketika kami masuk, kami langsung disapa oleh staf yang setelahnya kembali fokus di balik komputer kasir. Toko buku ini juga menjual berbagai aksesoris seperti magnet kulkas, gantungan kunci, dan lain-lain. Berbeda dengan Moontree yang kebanyakan menjual buku dengan bahasa Mandarin, toko buku Riwayat ini menyediakan lebih banyak buku berbahasa Inggris dan Melayu.
I got a Malay book from here! Aku memilih sebuah buku dengan warna sampul merah menyala bergambar
maryosthka, sebuah boneka khas Russia.
Idk but let's see if it's nice book!
 |
| Salah satu koleksi yang menarik |
 |
| Tampilan toko buku |
BookXcess
This is one of the biggest bookstore that I have ever visited! Sepertinya toko buku ini dulunya adalah sebuah gedung yang sudah tidak terpakai (?) karena banyak lubang di dinding di sana sini. Gedung ini disulap sedemikian rupa sehingga jadilah BookXcess ini. Toko buku ini dipenuhi dengan berbagai ukuran rak buku. Ada yang standar, ada juga yang dibuat menjukang ke langit-langit dengan sebuah kotak kosong di tengahnya untuk spot foto.
Buku-buku yang di jual di sini kebanyakan berbahasa Inggris. Rasanya seperti ada di
event Big Bad Wolf. Banyak sekali buku-buku di sini sampai-sampai aku tak mampu mengitari setiap sudut raknya satu per satu. Di sana, aku menamukan Little Woman series yang dibanderol dengan harga RM. 80,00 untuk satu setnya. Sepertinya lebih murah dibandingkan dengan yang ada di Indonesia (?). Andai aku mengalokasikan
budget untuk buku dan bagasi, mungkin aku tak akan melewatkan kesempatan itu.
Selain buku, toko ini juga menjual berbagai aksesori seperti pembatas buku, pin, gantungan kunci, magnet kulkas, dan sebagainya. Oh, ya, di sini ada
blind date book section. Lucu sekaliiii!
Section buku ini cocok untuk seseorang yang mau mencoba sesuatu hal yang baru dan menantang, atau untuk seseorang yang masih bingung mau beli buku apa. Aku termasuk pada kategori kedua, pengin beli buku tapi masih bingung mau beli yang mana,
so here it was! Blind date book saved me!
 |
| Rak buku yang menjulang (maaf untuk ybs, wajahnya kelihatan). |
 |
| The look and the price. I think I know this book: The Sun is also a Star. |
 |
| Cute blind date! |
 |
| Tampilan ketika pertama kali masuk |
 |
| Peata di antara buku-buku |
Two Unknown Bookstores (not a name)
We made a stop somewhere in a bookstore which I didn't remember the name but the store was about to close. Jadi, kita hanya sempat menengok sebentar. Banyak buku-buku second hand di sini. Sayang sekali tak punya waktu untuk melihat buku-buku yang ada. Selain di toko buku ini, kami juga sempat melihat sebuah toko buku yang namanya ditulis dengan aksara Mandarin. Saat kita masuk, ternyata semua buku yang dijual berbahasa mandarin. Saya sudah sempat bertanya ke staf di sana ternyata memang mereka tidak menjual buku berbahasa Melayu atau english. So, we went out.
 |
| The chinese bookstore. |
Seharian, tak ada agenda khusus hanya
free time santai. Tak ada target berapa toko buku yang harus dikunjungi, tak ada tujuan buku khusus yang mau dibeli, juga tak ada target waktu. Ternyata jalan-jalan santai seperti ini pun menyenangkan.
Am I already an adult now? Sepertinya aku sudah memasuki fase di mana
itinerary yang padat tak lagi cocok. Preferensiku sepertinya sudah bergeser ke
itinerary yang jauh lebih santai namun lebih 'menyelam'. Jika aku punya kesempatan, aku ingin melakukannya lagi di tempat lain.
Sure, cafe hopping is really interesting and fun but hey! I think we shall try bookstores hopping! It's kinda fun too! Oh... I think we shall do cafe and bookstore hopping together!
Wulan Istri
Someone who loves books and a cup of coffee. Ice-cream and friends are perfect match according to her!
0 komentar