"Going through this life is the first time for all of us anyway" (Nam Se Hee, 2017).
Saya merupakan tipe orang yang cukup picky apabila berurusan dengan drama Korea. Saya cukup terganggu dengan durasinya yang cukup lama (sekitar 1 – 1,5 jam) dan terdiri dari belasan hingga puluhan episode. Saya tahu bahwa saya orangnya cukup antusias dan memiliki high curiosity. Apabila sudah tertarik, saya tidak akan bisa lepas menonton sebelum tamat. Oleh karenanya, saya berusaha untuk menonton drama yang cukup worth to watch supaya tidak banyak waktu yang terbuang.
Ngomong-ngomong tentang drama
korea (K-drama), kemarin jam 5 pagi saya baru saja menamatkan K-drama favorit
saya, Because This is My First Life. Ya, saya begadang semalaman tidak tidur
untuk menamatkan drama tersebut. Sebetulnya, kali ini adalah kali kedua saya
menamatkan drama ini. Saya telah menontonnya tahun 2020 lalu dan memutuskan
menontonnya lagi. Kenapa? Saya sungguh merasa drama ini obviously worth to re-watch. Pada kesempatan lalu, saya menontonnya
dengan 1,25X speed dan melompati
beberapa bagian di bagian cameo.
Namun, siapa sangka drama tersebut menjadi favorit saya dan saya memutuskan
untuk menontonnya kembali di awal tahun ini?
Tahun lalu, saya berusia 22 tahun ketika menontonnya dan kini 23 tahun. Saat kedua kalinya saya menonton drama tersebut, saya merasa bahwa saya bisa ‘melihat sesuatu’ yang tidak saya lihat ketika saya pertama kali menontonnya. Pada kesempatan pertama kali menonton, saya hanya berfokus pada cerita tentang pernikahan itu sendiri. Tentang konflik yang mungkin saja muncul di antara hubungan mertua – menantu, tentang perubahan status sosial setelah menikah, atau dinamika pada pernikahan. Namun, kali kedua saya menonton drama tersebut, saya bisa melihat nilai-nilai sosial dan budaya yang sebetulnya cukup relate dengan lingkungan di sini. Tentang budaya patriarki, sexist, dikriminasi gender, maupun pandangan masyarakat terkait pelecehan seksual yang sering dinormalisasi. Hidup berubah, pola pikir juga kemungkinan ada yang sedikit berbeda. Seperti itulah hidup, pandangan kita terkait suatu hal akan terus berbeda seiring dengan berjalannya waktu. That’s life. And that’s very normal. Hal ini juga disinggung di drama dimana Ji Ho bercerita bahwa dia bisa menangkap hal berbeda dari suatu film favoritnya, The Graduate. Saat masih kelas X, dia hanya berfokus pada romantisme yang diceritakan dalam film. Namun, dia bisa menangkap arti guratan wajah dan ‘silence’ dalam film tersebut ketika dia menontonnya kembali di usia 20 tahun.
"When I first saw it, I was in my 10th grade. I feel for Ben when he went to Elaine's wedding and ran away with her. It looked really romantic. However, when I watched that movie again in my 20's, I could see many other things about the movie. Their faces after running out of the wedding venue. They ran away from the wedding full of excitement but somehow they became speechless after getting on the bus. It looks like they are anxious and don't know what to do. I couldn't see that went I was young but I can see that now." (Yoon Ji Ho, 2017).
![]() |
Scene terfavorit. Credit to tvN. |
"Don't worry to much. Just because you lived through yesterday, doesn't mean you know everything about today." (Yoon Ji Ho, 2017).
Drama ini juga membuat saya tersadar akan Ruang ke-19. Ruang ke-19 digambarkan sebagai ruang pribadi dimana tak ada orang lain yang bisa memasukinya selain diri kita sendiri. Di kamar itulah kita bisa menyimpan atau menyembunyikan sesuatu dari orang lain. Kita semua, bahkan orang yang telah menikah, pasti memiliki ruang ke-19 di hati kita. Terkadang, tak mengapa memiliki rahasia atau menyembunyikan sesuatu dari orang lain dan memendamnya sendiri. Tak usah bercerita jika tak ingin. Berceritalah jika ingin. Don’t be too harsh with yourself. Kita semua hanya perlu jujur dengan kata hati kita. Be honest with yourself. It’s okay whether you want to talk about it or just keep it deep inside your heart. Dengan begitu, kita juga bisa menghargai apa yang menjadi pilihan orang lain. We don’t have to pretend like we know everything about them because we never know what they’re keeping inside, right?
"Everyone has a room 19 in their life. No matter how close they are with other, they don't want those people to find out about that room. No matter how comfortable they feel around others, they can't invite those people to that room."
Terlepas dari itu semua, drama ini
sebetulnya cukup flat karena
konfliknya tidak terlalu besar. Justru karena itulah drama ini sangat realistis
karena permasalahannya tidak terlihat dibuat-buat apalagi dipaksakan. Alurnya
cukup sederhana, ringan, dan mudah dipahami. Selain itu, karakter yang berbeda
pun benar-benar menggambarkan bahwa orang itu berbeda-beda. Tujuan
masing-masing orang pun berbeda sehingga berimbas pada definisi ‘kebahagian’
menurut mereka sendiri. Di drama ini juga diceritakan dua teman Ji Ho, Horang
dan Soo Ji. Ho Rang, memiliki mimpi untuk menjadi istri dan ibu yang baik. Soo
Ji, memiliki mimpi ingin memiliki usaha sendiri. Mimpi mereka beda, pun
definisi bahagia mereka pun berbeda. We
don’t have to follow the trend. We don’t have to follow what others people do
to make us happy. We just have to know our self, determine dreams for our self and
trying the best to achieve what we want. Never compare yourself with others
karena tujuan kita saja berbeda, pun langkah-langkah yang perlu diambil pasti
juga berbeda.
![]() |
Nam Se Hee dan Yoon Ji Ho menikah. Credit to tvN. |
For you who are in the 20ish, this drama is much recommended to be watched. I, personally, recommend this drama because it’s really worth. Lewat gambaran sosial-budaya dengan adat ketimuran yang mirip dengan Indonesia, saya rasa drama ini dapat membantu saya belajar menemukan jalan untuk hidup di tengah masyarakat yang menjunjung tinggi budaya patriarki ketika telah menjalani rumah tangga. Saya sama sekali tidak menyesal telah menonton drama ini dua kali. Bahkan, saya akan tetap menontonnya jika saya ingin. I don’t waste my time. This drama has so much value than I though. I have no expectation of this drama but it really out of my expectation and I am super happy!
Sebetulnya… ada banyak yang ingin saya ceritakan namun saya cukup bingung untuk mengungkapkan. Jika kamu suka menonton K-drama, saran saya, sempatkan menonton drama ini walaupun hanya sekali dengan speed 1,25X. Marriage isn’t as easy as people said. There are a lot of things that need to be considered but that doesn’t mean we have to worry a lot. For me, this drama gives me so much insight. Honestly, I feel that Ji Ho character is similar to mine. He is strong and bold. She knew what she wants to do and will defends her dreams no matter what. She, sometimes, crosses the line of the culture and society norms if she feels it doesn’t fit her. I do the same. I, really, feel more relate to this k-drama because I share a similar principles with the characters.
Just because you're married to her doesn't mean you have to make her happy. Who else can make everyone happy? It's hard to be happy this day. The best thing you can do is not be in the way of others." (Ji Ho's Mom, 2017)
I know, I wrote this unstructured.
I don’t know how to express but I am very grateful that I know this
drama. Masih ingat betul awal mula saya mengetahui drama ini dari sebuah
postingan yang muncul di explore
instagram. Cuplikan video Se Heed an Ji Ho cukup membuat saya penasaran dan
langsung browsing di google kemudian memutuskan untuk menontonnya.
I don’t know what to say more. I just wanna share that this drama is
just so precious, at least to me. It gives me strength and comfort at the same
time. I hope you watch and enjoy this drama. I can’t tell you all. Go watch it
by yourself and let yourself interpret the meanings.
P.s. Ngomong-ngomong, saya jadi ingin berkunjung ke Namhae!