Sama halnya dengan perjalanan ke
Sragen untuk mengunjungi Museum Sangiran, perjalanan ini juga sama dadakannya.
Perjalanan ini (02/08/2022) saya rencanakan hari itu juga. Pada hari sebelumnya
saya seperti ‘merasa’ kangen pengen naik-naik bukit lagi. Gunung Sepikul dan
Gunung Pegat sudah pernah saya daki dan saya ingin mendaki bukit yang berbeda.
Saya teringat tentang Gunung Gambar yang sering saya dengar sejak kecil namun
belum pernah saya daki. Jangankan daki, tahu letaknya dimana saja saya tidak
tahu. Saya iseng-iseng browsing di
Google apakah bukit ini bisa dikunjungi seperti Gunung Sepikul dan Gunung Pegat
dan ternyata hasilnya sedikit mengejutkan. Gunung ini bahkan menjadi tempat
wisata karena di sana terdapat Petilasan Pangeran Sambernyawa dan juga tempat
untuk melaksanakan Upacara Nyadranan yang dilakukan setiap tahun. Saya pikir
“Hm…. Boleh juga.”
Saya berangkat keseesokan harinya
sekitar jam tiga sore menaiki motor dengan bantuan Google Maps. Namun, sayang
seribu sayang… saya keblasuk karena
mengikuti jalur tercepat dan bukannya jalur ‘ternyaman’. Saya harus mengikuti
jalan pedesaan yang bolong-bolong dan
penuh dengan tikungan dan tanjakan yang mengerikan. Ternyata, ada jalur yang
lebih bagus apabila kita berangkat dari daerah Sukoharjo yaitu melewati jalan
Sambeng. Terdapat beberapa tanjakan dan tikungan yang cukup curam sehingga kita
perlu berhati-hati dan tentunya memastikan rem bekerja dengan baik sebelum
berangkat. Untuk mencapai sana, kita akan melewati perkampungan penduduk
setelah keluar dari jalan raya utama. Pemandangan sawah juga akan terhampar di
kiri dan kanan bagan jalan di luar kawasan hunian. Tidak cukup ramai bahkan
cenderung sepi.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU6cwuR7XZQ2oIvBipBpWbZtZMR8VCt9zPdWn0qkXTxmmogy_difLnCNWVsgy32UHtjrnyDhWBQUaawsb9KeFw2YjdEtprOorX3F-R4mLljKmdVsKBG8P6FNaPmvxxXlCxzSm4DaQ8sk1kYVWPj0yQlrLSpIETkW2WFiAR5q6AhPQ4B7tqwkR8mS-V/w640-h480/20220901_165310.jpg) |
(Pura-pura) candide |
Saya akhirnya sampai di pintu
gerbang yang bertuliskan Petilasan Sambernyawa. Setelah memasuki pintu gerbang
tersebut, kita dapat menjumpai area parkir beserta loket tiket masuk petilasan
tersebut. Harga tiket sebesar Rp. 3.000,00 sudah termasuk asuransi sebesar Rp.
200,00. Sangat amat terjangkau. Saya memarkirkan motor kemudian berjalan
mengikuti petunjuk untuk sampai di pendhopo.
Jalanan menuju pendhopo tidak
terlalu jauh namun sangat sepi. Di kiri-kanan jalan hanya terdapat pepohonan
jati dan pepohonan berkayu lainnya. Suara burung dan berbagai serangga dapat
sangat terdengar jelas. Bagi seseorang yang sangat logis dan tertarik terhadap science and nature pasti akan sangat
senang mendengarkan dan menerka bunyi hewan apakah gerangan. Sayang,
suara-suara tersebut malah membuat saya jadi sedikit agak merasa horror karena
saya benar-benar sendirian.
Di ujung jalan akan terlihat
sebuah pendhopo yang berada di tepi
tebing. Dari sini kita bisa melihat lembah di bawahnya beserta barisan
pegunungan sewu lain yang berlapis-lapis. Pemandangannya cantik hingga saya
sempat lupa akan kekhawatiran saking
deg-degannya. Jalan-jalan di bawah nampak mengular membentuk
lekukan-lekukan yang cantik. Perumahan dan petakan-petakan sawah juga terlihat
apik dari atas. Saya jadi berfikir, “Begini
saja cantik apalagi kalau pas musim penghujan, pasti pemandangannya akan lebih
‘hijau’. Apalagi kalau musim padi sudah menguning siap panen.”![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZCry7lhmZc-IujnCDvzlE6ncntf04BquNE4qJ9Re6uXff-Tz_Lc4y5FX4Ig3Uk68waVWJbX0ptR1I11N_C_ZQZ714eGPwBkJYCi_d9HU3XKCgMtThvhZOTNKqLaookydCZ9pCpMoqYZNm4IogIp7mSVDyfNtWYelZfLzwDLvr_nj_LwZKlCFVnx0C/w640-h480/20220901_161236.jpg) |
Gerbang Menuju Petilasan |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2QPC_gCJYBfF1pWol9-RHMrbN3bRzOoEpSCJJFXUwRsvkQF6B3fXiMJYu_5h7KWQ7hlq8X0THjLZkCEuNttXWxW6IG3wRgxRN9hDAWEr49xyAH_p8573WVmwscJ5SLsYUXNcFMHRMaQopK3eiUX8v4bRkOKZpb_IUePd5SaBeXhUd4xelePsVMWfh/w640-h480/20220901_161744.jpg) |
Pendhopo Bergaya Joglo |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqQQBl1YKHFHnwr93cZ8L61HIVUlDDq4W0QP6oTYrQb_ISYIUPsP_b9DwH69NYD6gGgup5haVF13XvNLTQJP0NT6GZkuhkpg7dQFoYwF6ZVZGE7onVmpgTA_5B0EXXzRXp5ChfZVe9OBkM3RPOCaAl0fwxf3q8PE9jLzuXEVwlPxCwcYM6wiwNsCxM/w640-h480/20220901_161838.jpg) |
Pemandangan dari Pendhopo |
Saya melihat ke sisi kanan dan
sisi kiri. Di sisi kiri terdapat sebuah tangga menuju sebuah bangunan dan di
sisi kanan terdapat sebuah tangga yang saya tidak tahu ada apa gerangan di
sana. Akhirnya, saya mencoba menaiki tangga di sebelah kanan terlebih dahulu.
Terdapat papan keterangan arah masuk dan keluar jalur petilasan. Apabila kita
mengikutinya, kita dapat menemukan sebuah pelataran yang digunakan oleh warga
lokal melaksanakan upacara Nyadranan.
Dari sini bisa kitabisa melihat pedesaan di sebelah kanan jalan setapak. Apabila
kita terus berjalan, kita dapat menemukan sebuah Pohon Asem (atau Randhu, ya?)
yang usianya cukup tua. Apabila kita terus mengikuti jalan setapak, kita akan
menemukan tangga untuk naik ke bagian atas. di sana, kita akan menemukan
petilasan tempat Gading Mas moksa dan petilasan Pangeran Sambernyawa ketika dia bertapa
atau ‘semedi’.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh33SodTBXANBbBerkn2iuN4ethi6aR3xqaULnD8OILD1pJxeeDPZX-CdAz7fxBpApupv5jh9uC2gQgooGBwXOigNsdXoVx9iNbVVkLxnz3ILq4pNr4Xz2cb9T1Wo1jvD7Gudyej92WZTZqWWrN9b8Pv4TcPz6WEdhRUme74H3CcRp2TWX4SgdXbK-/w480-h640/20220901_161928.jpg) |
Tangga di Sebelah Timur |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3anLA3jdKu_Qgm3JADhRJuKQ6ggq7D7S3Q-V8dHUSAjEJ-ROPA-wbtyYgcWpHk6HvlbtyRLV2c9bHgaYXBr6X37Iyj9iauhNPEcad7NZ6wYfh18KHjGQF8QXsyt6I26x_jq2ofW0nB0PJBDKXQii8oRKDBo-3JWTijTcBqIeIJS2rkq-i-u-8NHUq/w480-h640/20220901_162402.jpg) |
Tempat Gading Mas Moksa |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvvrgJ6tSki9NSOQoeBAmZDl0Rc2tpvAzwCVxkLoHkzZmcEfEmct0I2fHkzj7XICWfrW-wC6ruAx6HMvxG1z_mldeYvMfn0ePARMlYbgTihmaX7cMn1b8sCtdOI2EpfEqcWf1iBu1ni6d_Snz5pSDN3ZBkPnFqHudh8mq03Q0ah5fp-Dw1IlgBf2-6/w640-h480/20220901_162158.jpg) |
Petilasan Pangeran Sambernyawa |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWSeJAOsIm1yNkES1ZfiZYWOQ3Y64_2qvElZrnEcbF6vBZYruStMOtmrZDh3XZRm5rtHjh5wydWphCYZnaCGWBmz_25rbQABZ8tGeD_lKUNg3dYPGK9hW_FSUxnFVgjr8IRFa75GqE1X63yOXsYpDEo4lJxK1yIvbEkWmBrWAZrWP98yfMSO57_L7B/w640-h480/20220901_162414.jpg) |
Tangga Menurun |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAPg8BwwOXgb1H5xqAiGvsTpm7-ICXwOGl2oUIKkAJGbXNEvib2fx2BEwCeI54rq071hM_10NL-gLBynqZYgoT93bNM9Zprm1rk1ns7-yXgl3i5cuR_C4j_4V-W-98yRyk8pfnm3wJvPEIvT130KDWFkK9dRkcYHG55x-c7Bl-hbhOSnKB5mVbEdEv/w640-h480/20220901_162554.jpg) |
Pemandangan Sisi Selatan |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe11rh90wA7oASF-B2B0em0nEFonczE_HIKFFze7nti_XOu9LOeG93w-4cFG0tc8P9mDzNFMy5SuRhwTrZfVhtUtMUdCW1uj9fPmPtFIVCpRvor8PFcmrHQQ5koAoEBGoae2x8YYWLWQxTsDrZBWt0CtKz54dQ_QJ0QdOULC31O9FkQBPaKts14IQU/w640-h480/20220901_170904.jpg) |
Matahari Segera Terbenam |
Apabila Anda berkunjung sendirian
dan tidak terlalu berani dengan ‘sepi’, maka ada baiknya Anda datang ke sini di
hari Minggu. Menurut warga lokal yang tinggal di sekitar area petilasan, pengunjung
di hari Minggu lebih banyak dibandingkan dengan pengunjung di hari-hari lain. Pun
jika pengunjung lumayan banyak maka bisa memesan kopi atau jajanan dari warga sekitar. Atau, silakan datang bersama teman ke
sini sehingga tidak perlu deg-degan untuk
mengeksplor berbagai sudut tempat ini.
Tempat ini sangat nyaman untuk bersantai. Di sore
hari, kita bisa menikmati angin sepoi-sepoi di sini sambil menunggu matahari terbenam.
Jika kalian penyuka buku, membaca buku di sini juga bukanlah ide yang buruk. Suasananya
sangat tenang dan damai. Suatu saat, saya ingin berkunjung ke sini lagi.