­
­

Mencicipi Kopi Es Tak Kie

March 29, 2020, by Wulan Istri


Kuliah daring membuat kebiasaan rutin minum kopi saya kambuh. Saya yang semula sudah jarang mengkonsumsi kopi kini meminumnya hampir tiap hari bahkan terkadang lebih dari secangkir tiap harinya. Saya memang pecinta kopi. Kopi apapun itu. Saya tak masalah mau kopi jenis apapun, asal itu ada ‘embel-embel’ kopi, dengan senang hati saya akan meminumnya. Berbicara tentang kopi membuat saya teringat pada perjalanan Februari lalu ketika saya mencoba Es Kopi Tak Kie pertama kali.

Iya, tak salah baca. Benar, Kopi Tak Kie yang berlokasi di area Glodog, Jakarta. Kopi ini sangat legendaris. Kepemilikannya diturunkan dari generasi ke generasi karena usaha ini merupakan usaha milik keluarga. Kopi ini sudah membuka cabang dengan mengusung tema yang lebih modern di salah satu Mall di Jakarta. Kenapa saya lebih memilih untuk mengunjungi kedai kopi yang lama yang berada di area Glodok ini? Tak lain dan tak bukan adalah pengaruh membaca ulasan travel blogger favorit saya, Yuki Anggia. Sejak tulisan tersebut di post, saya berkeinginan untuk ikut merasakannya.
 
Sudah empat tahun saya menabung harapan untuk bisa ke Jakarta dan mencicipinya. Kini, keinginan tersebut sudah terkabul. Empat tahun lebih. Selama itulah saya memendam penasaran dan dapat dibayangkan betapa heboh dan bahagianya saya ketika saya berhasil melihat plank bertuliskan “Kopi Tak Kie” dengan huruf China di atasnya.
Suasana di dalam kedai.
Seharusnya saya lebih pandai dalam mengambil foto. Jika mbaknya mungkin tidak ingin foto ini diunggah, bisa kontak saya lewat menu 'contact.'

Es Teh Tarik dan Es Kopi Tak Kie

Saya mengajak Erico, teman yang (saya paksa) menemani saya ke Kopi Tak Kie, untuk segera menghambur ke dalam dan mencari bangku kosong. Siang itu pengunjung cukup banyak sehingga memerlukan waktu untuk menunggu dan mendapatkan meja kosong. Menurut informasi yang saya peroleh, memang kedai kopi ini tidak pernah sepi pengunjung karena saking santernya. Pun kalau teman-teman ke sini pukul satu lebih, bersiap-siaplah untuk kecewa karena kopi sudah akan habis, bahkan sudah tutup.

Erico memesan Es Teh Tarik sedangkan saya (tentu) memesan Es Kopi Tak Kie yang ‘katanya’ memang wajib dicoba kalau ke sini. Jujur, walaupun saya suka kopi namun saya tidak bisa membedakan rasa kopi. Overall, saya menyukainya karena rasanya tidak terlalu pahit di lidah saya pun takaran gulanya juga pas, tidak terlalu manis. Kalau saya boleh membandingkan, saya lebih suka Kopi Toko Djawa yang pernah dibelikan oleh seorang teman di Bandung. Tapi, kopi ini masih juara. Bagaimana tidak? Jatuh cinta selama empat tahun lebih padahal mencicipi rasanya pun belum. Memang keterlaluan saya ini.

Anyway, tempat ini tak hanya menjual Es Kopi dan juga Teh Tarik. Teman-teman bisa memesan kopi panas dengan pilihan yang beragam. Pun tidak usah cemas jika perut terasa lapar karena terdapat makanan yang siap memanjakan lidah. Sebenarnya saya tidak cukup tahu perihal tempat makanan ini, entah bekerja sama atau bagaimana tapi yang jelas Anda bisa memakannya di sana langsung pun dengan daftar yang bisa Anda dapatkan di sana.

Selama di sana pun, pengunjung tak pernah terlihat sepi. Ada saja yang datang. Beberapa pengunjung tampak memotret sana sini, sepertinya ini kali pertama mereka juga. Bangunanannya terlihat cukup usang karena sudah dipergunakan sejak dulu. Di dinding terdapat puluhan foto lawas yang dipajang di sana, menceritakan kisah perjalanan kedai kopi ini. Saya suka memperhatikan gerak-gerik orang di sini. Pelayannya cukup sigap. Orang yang berkunjung juga terlihat dari latar belakang yang beragam.
Saya bilang kalau saya dari Solo dan sudah mendamba untuk mencicipi kopi di sini. 

Kalah santer dengan Ibu ini. Pun blur. 

Ah, tempat ini sudah berhasil mendapatkan tempat di hati saya. Jika saya mampir ke Jakarta lagi bersama orang dekat, tentu saya ingin mengajaknya untuk mencicipi kopi ini dan bercengkerama bersama sambil menikmati hiruk-pikuknya.


Salam pecinta kopi,


2 komentar

  1. Nice blog. Jangan lupa mampir ke www.dewaagungwisnu.com yaa 🙏🏻😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mas... Masih amatir padahal hehe. Siap meluncur ke sana :)

      Delete

Instagram

Featured Post

Melawat ke Toraja: Menyambangi Tanah Kematian di Bumi Celebes

Mengutip tulisan Mba Yuki Anggia, travel blogger favorit saya, "Sebuah destinasi bisa saja menjadi impian dalam hidup seseorang."...

Contact Form

Name

Email *

Message *