Don't Judge a Person by It's Cover

May 27, 2018, by Wulan Istri

Langkah kami sampai di sebuah warung tegal yang hanya ada satu sekelurahan. Warung itu sederhana. Beberapa menu yang dijual juga sederhana seperti nasi goreng, soto, sayur, dan gorengan. Sebuah meja panjang dan beberapa kursi panjang diletakkan di ruangan tersebut. Kursi tersebut dipenuhi oleh beberapa pemuda dan bapak-bapak yang duduk santai sambil mengobrol. Jujur, saya dan Nur merasa sedikit risih dan takut karena kebanyakan mereka bertampang agak sangar dan merokok. Saya terkadang memang agak takut dengan orang yang merokok.

Saya memesan beberapa gorengan yang masih dalam proses penggorengan untuk mengisi perut. Jujur, saya memilih gorengan karena lauk yang dijual serasa tidak pas di lidah. Sembari menunggu gorengan matang, saya duduk di dekat para pemuda dan bapak tersebut dengan posisi membelakangi. Saya hanya tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata. Akhirnya salah satu laki-laki membuka pembicaraan yang saya balas dengan jawaban yang lumayan singkat. Ya, saya kurang suka dengan temannya yang berbicara dengan nada sedikit bercanda setengah menggoda.

Malam pun datang, kekurang tidaksukaan saya semakin menjadi karena para pemuda memainkan music keras-keras hingga larut malam. Apalagi mereka merokok, pasti mereka tidak benar, pikir saya.

***

Kegiatan di malam pertama adalah penyuluhan kesehatan reproduksi remaja yang disampaikan secara langsung oleh dosen pendamping kami selama di Cerme, Pak Eva. Kenapa bukan kami? Karena beliau sudah bisa menduga bahwa kami masih belum bisa percaya diri ketika harus membicarakan hal-hal yang masih dianggap tabu oleh masyarakat. Bahasa gaul beliau sih, kami masih ingah-ingih. Sambil menunggu para peserta datang, kami sibuk menyiapkan snack dan mengatur ulang kursi yang kurang karena peserta yang datang jauh di luar dugaan. Ada sekitar empat puluhan peserta padahal prediksi Ketua Pemuda kemungkinan hanya berkisar 20-30 orang. Tentu itu bukanlah masalah besar dan justru kami sangat bahagia walaupun di belakang layar kita pusing memikirikan bagaimana agar konsumsinya memadai. 








Materi disampaikan secara luwes, benar-benar luwes, oleh Pak Eva. Jujur, saya sendiri juga ikut menyimak karena saya pribadi belum pernah memperdalam materi mengenai kesehatan reproduksi. Saya masih menganggap bahwa membicarakan alat-alat reproduksi merupakan hal yang sedikit tabu. Jujur saja saya masih malu kala itu apalagi harus membicarakan alat reproduksi pria dan menjelaskannya, saya belum sanggup melakukannya.

Peserta penyuluhan, baik yang laki-laki maupun perempuan, terlihat antusias. Sekali-kali disisipkan candaan agar tidak mengantuk. Penyuluhan berjalan lancar, santai dan berhasil. Kenapa saya katakan berhasil? Karena ada beberapa orang yang bertanya tanpa malu-malu juga!

Di akhir acara, beberapa mas-mas mengobrol dengan kami berramah-tamah mengucapkan terimakasih. Di akhir pembicaraan, mereka mengajak kami untuk merayakan Tahun Baru di desa mereka. Saya was-was.


***

Banyak yang bilang don’t judge a person by its cover dan saya sangat setuju. Di sini saya membuktikannya sendiri. Di awal saya memang kurang suka kepada mereka karena mereka merokok, bermain music keras-keras di malam hari dan lain-lain. Kejadian saat mereka membantu untuk mempersiapkan meja kursi yang akan digunakan untuk tes kesehatan membuat saya membuka mata. Pun saya teringat bahwa setelah merayakan tahun baru tersebut kami juga dibawakan ayam bakar untuk dimakan di rumah yang berarti mereka masih memiliki kesopanan. Mereka masih memiliki batasan bahwasanya mereka tidak akan membuat orang lain rugi akan kelakuannya. Terimakasih atas sebuah pelajaran yang bisa dikulik and thanks for remind me to not judge a person by its cover!


0 komentar

Instagram

Featured Post

Hampa

Aku berlari dan terus berlari  Rasanya lelah namun aku tak bisa berhenti  Ku berlari tanpa arah yang pasti  Tak tahu pula apa yang tengah ku...

Contact Form

Name

Email *

Message *