Sebuah Renungan: Harapan (yang Telah Samar) Terkabulkan

October 08, 2023, by Wulan Istri

[ s u a t u   M i n g g u   d i   S e p t e m b e r ]

Aku saat ini berada di Stasiun Kramat, sedang menunggu kereta menuju arah Cikarang. Hari ini hari Minggu. Masih pagi sekitar pukul 08.00 pagi namun matahari rasa-rasanya sudah menyengat. Tiba-tiba telepon berdering. Kupikir yang menelepon Mba Ifah (teman kantor) namun ternyata kakak sulungku. 

"Gimana, kerja nggak hari ini?" begitu tanyanya dari ujung telepon. Tak akan kusalahkan pertanyaan tersebut dilontarkan pada hari Minggu karena sudah beberapa minggu ini dia tahu kalau aku bekerja di waktu weekend. 

"Iya, masuk. Ini aku lagi di Stasiun Keramat mau ke Kabupaten Bekasi. Ada kegiatan di sana." 

Kalau dipikir-pikir sedikit menyedihkan juga bekerja di waktu weekend namun apa daya. Memang terkadang-kadang harus begitu. Tapi apapun yang terjadi, aku berusaha untuk tidak sambat dan mengeluh yang aneh-aneh. Selama ini aku biasanya hanya mengeluh karena capeknya perjalanan atau kegiatan yang diberitahukan mendadak sehingga membuat diriku yang panikan ini menjadi mendadak panik-panik ajaib. Karena prinsipku adalah "sambat adalah koentji supaya hidup tetap waras" maka diriku pun sambat pada kakakku bahwa jujur saja melelahkan sekali ada banyak kegiatan yang mengharuskan aku ke sana-kemari. 

"Lha dulu katanya sukanya travelling dan pengen kerja yang juga banyak 'jalannya' (re: tidak hanya duduk di kantor saja). Eh sekarang do'a-nya dikabulkan dan dikasih beneran malah ngeluh." begitu kurang lebih ucapan Kakakku. Aku hanya bisa tersenyum kecut sambil tetap ngotot ngeles. 

"Ya iya, sih, Mba. Tapi ini beda, ini aku beneran hampir ga bisa jalan-jalan." Walaupun mulutku ngeles tapi dalam hati aku juga mengakui. Ya memang benar. Bukankah ini yang aku inginkan dulu? Bisa ke daerah dan berkontribusi untuk 'perbaikan dan atau perkembangan' kesehatan di sana? Ya walaupun kuakui bahwa kontribusiku tidak seberapa namun setidaknya aku berusaha untuk memberikan yang terbaik. Mungkin memang tidak seperti bayanganku sebelumnya bahwasanya aku akan mengabdi di daerah selama beberapa bulan dan 'meloncat-loncat' dari satu daerah ke daerah lain seperti dr. Endrik yang bulan ini berada di desa kecil di pelosok Kalimantan, bulan besoknya bisa saja di pulai kecil yang bahkan namanya pun tak pernah kudengar, dan sebagainya. Tapi, setidaknya mimpi itu terkabul (walaupun belum banyak daerah yang kukunjungi dan belum banyak pula kontribusiku). 

ilustrasi: merenung (hehe)


***


[ s e k a r a n g :   t o m o r o   c o f f e e ]

Saat ini aku sedang mencoba untuk merenung tentang hal-hal yang telah terjadi. Banyak hal yang selama ini telah terjadi namun aku terlalu sibuk dan terlalu banyak khawatir pada banyak hal. Kupikir aku telah melewatkan banyak sekali pengalaman dan pelajaran berharga. Kesibukan dan kekhawatiran tersebut benar-benar menyita energiku. Kini, aku sedang berusaha untuk less worry supaya lebih bisa menikmati hidup dan melihat dunia sekitar dengan kesadaran utuh. 

Berbicara tentang pekerjaanku yang sekarang ini, apakah melelahkan? Iya, melelahkan. Tapi kurasa tidak semelelahkan pekerjaanku di Lombok sebelumnya. Lingkungan di kantor juga cukup oke, ndak ada hal-hal yang membuatku stress karena senioritas. Bisa bekerja sambil belajar? Bisa. Di sini, banyak hal yang tidak kuketahui sehingga aku harus banyak belajar, membaca, dan bertanya. Dan... aku bisa 'terjun ke lapangan' secara langsung dan melihat-lihat kondisi riil di lapangan (seperti pekerjaan yang aku impikan). Networking? Aku bisa mengenal banyak orang dengan latar belakang yang bermacam-macam dan belajar dari mereka. Semuanya mendekati ideal sesuai dengan apa yang aku impikan dan harapkan. "Ingatlah, Wul. Dirimu, beberapa tahun lalu saat mengikuti acara workshop dengan fasilitator Bu Siyam, pernah bermimpi bahwa dirimu ingin bekerja di bagian P2P. Dirimu juga pernah bilang ke beberapa orang bahwa dirimu terarik dengan penyakit menular. Sekarang lihat pekerjaanmu saat ini. Lalu, dirimu pun juga memimpikan pekerjaan non-permanen karena satu dua alasan." Tuhan mengabulkan semuanya. Lalu, kenapa kemarin-kemarin (bahkan hingga sekarang) aku sibuk khawatir dan tertekan instead of enjoying life, being more grateful, and trying the best? 

Kuteringat beberapa waktu yang lalu aku membaca postingan blogku yang dulu. Aku merasa bersyukur sekaligus miris di waktu yang bersamaan. Bersyukur karena ternyata banyak hal ajaib yang terjadi di hidupku. Banyak sekali karunia yang Tuhan berikan padaku dan karunia-karunia itu tidak pernah berhenti hingga sekarang. Banyak hal yang sebetulnya terasa 'di luar nalar' dan 'tidak mungkin' terjadi dalam hidupku namun Tuhan selalu ada dan membuat semuanya menjadi 'mungkin'. Di sisi lain, aku merasa bahwa aku terlalu naif untuk menyadari hal itu. Aku terlambat menyadarinya. Betapa ironisnya? 

Tuhan, terima kasih atas segala karunia yang Kau berikan. Kuberharap semoga Tuhan selalu menuntunku untuk menjadi insan yang lebih pandai bersyukur. Dan seperti doa yang sering aku panjatkan: semoga diriku menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain dan memiliki keinginan untuk terus belajar. 

0 komentar

Instagram

Featured Post

Hampa

Aku berlari dan terus berlari  Rasanya lelah namun aku tak bisa berhenti  Ku berlari tanpa arah yang pasti  Tak tahu pula apa yang tengah ku...

Contact Form

Name

Email *

Message *