Kesempatan Tak Terduga

September 29, 2018, by Wulan Istri


Hari terakhir menjadi panitia ospek begitu hambar. Bukan. Bukan karena acaranya yang kurang seru namun hati saya saja yang gelisah. Jikalau saya didanai fakultas, saya seharusnya berangkat ke Jakarta besok. Sayang sekali hingga sekarang kabar gembira belum pula muncul. Hampir berminggu-minggu ini saya bolak balik dekanat dan rektorat. Mondar-mandir dari bagian ini ke bagian itu. Tapi tak apa karena memang prosesnya seperti itu. Sore hari sekitar jam dua saya chat kakak saya, saya bercerita tentang kegelisahan saya mengenai keberangkatan besok. Kakak saya menjawab.
“Kalau udah rejeki inshaallah ada. Tetep dicoba aja, nduk, walaupun hari ini terakhir. Siapa tahu rejekimu emang di akhir.”

Saya tercenung. Kenapa saya menjadi seperti ini? Dulu sewaktu ke Malaysia saja saya yang ngotot untuk tetap berjuang hingga akhir. Akhirnya dengan penuh harap setengah optimis saya ke rektorat tepat 15 menit sebelum rektorat ditutup. Pertama kali tanggapan ibu staff keuangan ketika saya menyebutkan programnya ialah, “Woooo… kamu yang mau ke Filipina itu, to? Jadi kamu dibantu, Mba, sama universitas. 

DYARRR!!!

Alhamdulillah YaAllah. 

Bersiap untuk mencari ilmu dan pengalaman


Persiapan begitu mendadak. Kakak saya menyarankan untuk izin dari kegiatan ospek malam itu untuk mempersiapkan apa saja yang perlu dibawa tapi saya menolak. Bahkan akhirnya saya tidur di PKM. 

Keesokan harinya saya kelabakan mempersiapkan segala sesuatu. Pakaian, dokumen penting, alat mandi, botol minum dan perlengkapan lainnya. Saya pun waktu itu belum membeli tiket kereta, apalagi tiket pesawat. Karena saya sudah kehabisan uang, akhirnya saya dipinjami oleh teman terlebih dahulu untuk membeli tiket kereta tepat pada hari itu jua. Saya berangkat pukul 11 diantar oleh Sanos, teman kuliah saya. Itu saja bikin deg-degan karena saya berangkat terlalu mepet.
Pukul 10.00 malam saya sampai di Stasiun Bekasi. Saya langsung mencari ATM untuk mengecek saldo apakah teman saya sudah transfer atau belum. Saya cek dan….

DANG!

Teman saya hanya mentransfer satu juta saja padahal harga tiket pesawat untuk pulang-pergi sekitar 5 juta. Saya shock. Bingung. Baiklah, saya butuh paling tidak empat juta lagi. Saat itu saya merasa bodoh. Saya sudah berada di Bekasi, besok harus berangkat ke Filipina namun sampai sekarang pun saya belum memegang tiket. Boro-boro pegang, booking pun belum. akhirnya, saya terpaksa ngutang lagi ke salah satu teman sebanyak 1.5 juta lagi dan 3 juta lagi ke teman yang sebelumnya sudah transfer satu juta. Saat itu saya merasa ngutangnya agak ngegas karena saya memang panik. Bagaimana tidak? Saat itu saya dalam perjalanan dari Bekasi ke Bogor dijemput oleh kakak ipar. Saat saya sampai di Bogor, kakak saya sudah membelikan koper baru untuk saya. Sangat special.

Akhirnya, mendekati jam 12.00 malam saya baru memesan tiket dari Jakarta ke Iloilo. Pulangnya? Sebetulnya saya ingin membeli langsung namun karena terpaksa harus makan dulu karena sudah ditunggu kakak jadi ya saya tinggal dulu. Jam 12 lewat saya buka lagi aplikasinya dan saya schock karena harganya sudah naik lagi! Pasrah, akhirnya saya baru membelinya keesokan harinya ketika perjalanan menuju bandara dari Bogor, di dalam Bus Bandara. 

Akhirnya, lengkaplah tiket perjalanan pesawat saya. Setidaknya saya sudah bisa bernafas lega karena tiket sudah di tangan. Terima kasih untuk sahabat (yang mungkin akan selamanya menjadi) terbaik. Tidak menyangka bahwa Allah masih memberikan kesempatan di saat yang genting seperti ini. 

0 komentar

Instagram

Featured Post

Hampa

Aku berlari dan terus berlari  Rasanya lelah namun aku tak bisa berhenti  Ku berlari tanpa arah yang pasti  Tak tahu pula apa yang tengah ku...

Contact Form

Name

Email *

Message *