Kaleidoskop 2020

December 31, 2020, by Wulan Istri


Tahun 2020 akhirnya sampai juga di penghujung waktu. Besok sudah berganti kalender. Tahun baru tentunya! Sebetulnya tahun baru tak begitu berarti untuk saya pribadi. Tahun baru hanyalah penanda bagi saya untuk mengevaluasi diri dan menyusun rencana-rencana baru di tahun 2021. Tahun, sejujurnya, hanyalah indikator waktu bagi saya pribadi. Saya telah menyusun rencana jangka pendek tahun 2020-2021 di tahun lalu. Tahun ini, saya hanya perlu menuntaskan rencana-rencana yang belum tercapai, menghapus rencana yang sekiranya impossible to achieve, dan mungkin menambahkan beberapa rencana yang perlu disusulkan.

Tahun 2020 ini, bisa dibilang, cukup exhausting. Betul-betul menguras tenaga terutama mental hingga rasanya fisik juga ikut drop. Satu semester pertama di tahun 2020, saya menjalani perkuliahan semester 6 secara daring. Rasa-rasanya perkuliahan online berubah menjadi tugas online. Rasanya beban tugas naik 2X lipat dari perkuliahan luring. Saya sempat merasa hampir stress karena tugasnya tak hanya membuat makalah, melainkan membuat video (fyi, ini rutin tiap minggu, ya). Saya kala itu masih bisa berpikir positif bahwa dosen saya tak ingin mahasiswinya got nothing dari mata kuliah yang beliau ampu. Saya akui tiga mata kuliah yang beliau ampu memang sangatlah sulit (setidaknya bagi saya) namun sangat essensial bagi calon epidemiolog. Syukur, saya bisa melalui semuanya walaupun sudah cukup stress dan sering sambat sana-sini ke teman-teman hahaha.


Flashback

Saat ini, saya sedang menyusun skripsi. I do not push myself too hard untuk menyelesaikannya secepat mungkin. Saya hanya set target untuk lulus tidak lebih dari 4 tahun sembari belajar dan mengerjakan hal lain yang saya rasa harus saya kerjakan. Jujur, saya agak takut jadi pengangguran setelah lulus haha. So, I tried to push myself (for a lilbit) to publish few articles before officially graduate to uplift (a lilbit) my quality. Karena setelah lulus, tak akan ada institusi yang menaungi saya untuk mengeluarkan surat izin penelitian. I’m still trying and wish me luck and finish it ASAP. Semester ini cukup santai dibanding semester sebelumnya. Saya bisa bertemu dengan tablemate (when I was in SHS) dan teman satu komunitas selama di Sukoharjo. I am super happy with that since I realized it will be hard for me to meet them in the nearly future because we’re going to work nowhere by ourselves.

Hello, 2021!

Anyhow… terlepas dari itu semua, saya juga cukup belajar banyak di tahun 2020 ini. Pada tahun 2020, banyak sekali trials and errors yang saya lalui. Inilah alasan kenapa saya membuat post kaleidoskop tahun 2020 ini. Simply I wanna share it with you, guys. Oh, ya, saya sudah merangkum pelajaran berharga di tahun 2020 versi saya and here they are!

PELAJARAN BERHARGA TAHUN 2020

  • Pertama kalinya saya ikut lomba selama di bangku kuliah. Saya menganggapnya ‘berhasil’ hanya dengan mengikutinya saja tanpa harus menang. Kenapa? Karena saya malas sekali ikut lomba dan lebih tertarik mengikuti kegiatan kerelawanan. Pernah suatu kali saya berjanji pada diri saya bahwa saya tak perlu repot-repot untuk membebani diri saya untuk mengikuti kompetisi. So, it’s a succeed for me eventho I attended it cause my professor asked me to.

  •  Saya belajar untuk lebih legowo dan fokus terhadap goal sendiri. Dulu, saya adalah tipe orang yang sangat kompetetif dan (jujur) suka iri dengan pencapaian orang lain. Bukan berarti saya ingin melihat teman saya gagal terus. Ngga gitu. Lebih ke perasaan ingin selalu lebih baik dari orang lain padahal diri ini tidak akan pernah bisa selalu lebih baik dari orang lain. Tahun ini adalah ‘puntjak’ dari ke-legowo-an itu sendiri. Ditambah, saya juga menilai diri saya cukup berhasil untuk tidak terlalu insecure dengan pencapaian teman-teman yang notabene merupakan orang-orang hebat.  

  • Lebih bisa menerima diri sendiri dengan belajar bahwa sejatinya bukanlah ‘setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing’ melainkan ‘setiap manusia memiliki perbedaan.’ Masih ingat kalimat yang dilontarkan Mas Alexander, yang intinya berbunyi ‘Ini bukan kelebihan, Lan. Ini hanya perbedaan aja. Aku kebetulan suka dan belajar di bidang sains, jadi aku cukup tahu tentang sains. Sedangkan kamu, kamu punya minat dan pengetahuan di bidang lain. Jadi wajar aja aku tahu lebih banyak di bidang sains dibandingkan kamu.”

  •  It’s okay to be so mediocre. Banyak orang yang menyarankan supaya kita menekuni suatu bidang tertentu supaya kita menjadi ahli. Pernah dengar, ‘Apa yang kamu sukai, tekuni, dan jadilah ahli.’ ini? Atau mungkin ‘Jadilah ahli maka kamu akan sendirinya dicari.'? Well, tidak terlalu salah. Saya awalnya sangat ingin menjadi seorang yang ahli di bidang tertentu juga. Namun, pandemi ini menyadarkan saya bahwa, sejak dulu, saya adalah oyang yang medioker (mediocre) pun tidak ada yang salah untuk menjadi seorang yang medioker. Bu Erna, seorang entomolog di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, pernah berpesan supaya saya selalu semangat belajar dan menerima hal-hal baru karena kita tidak akan pernah tahu di masa mendatang, pekerjaan apa dan skill mana yang dibutuhkan oleh user. Pun, tak akan ada yang tahu jika apa yang kita pelajari sekarang bisa menjadi side job kita di masa mendatang, who knows? Being a mediocre-person is not bad at all. You don't have to hurt yourself to be a super-expert-person. 

    Sometimes you want to focus and being an expert 

    But sometimes, you just can't focus on one thing and care a lot to the whole thing. Mediocre is not bad, right? You can see the beautiful views tho.

  • Belajar untuk agile dan adaptable. Yes, saya gagal untuk ikut joint degree ke Thailand karena Covid-19 dan tentu hal itu membuat saya cukup stress dan kecewa. Bagaimana tidak? Saya telah mempersiapkan plan sekitar setahun yang lalu beserta printilannya termasuk cara untuk approach professor di sana siapa tahu dapat satu professor yang mau memberikan Letter of Recommendation jika suatu saat saya membutuhkan. Sedetail itu? Ya! Saya juga telah membayangkan campus without KKN and PKL hehe. Sadar bahwa sometimes, I couldn’t change some things I can’t change jadi yowislah, pasrah saja. Saya merubah rencana setahun dengan rencana baru dan beradaptasi. Oh, ya, hikmah dibalik kegagalan ini adalah saya bisa menjadi Relawan Pemetaan Covid-19 di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo bersama teman saya, Alfiyan Mustaqim dan Fikri Jati Wibowo. (Baca juga: Hikmah dibalik Cerita Covid-19

  • Saya bisa pergi ke Singapura dan Penang right before Covid-19 hit Indonesia and already hit Singapore and Malaysia. Salah satu pengalaman traveling terbaik selama hidup saya. Kenapa? Baca alasannya di sini!

  • Saya belajar sedikit-sedikit terkait investasi dengan memulai berinvestasi reksadana di bibit. Tidak terlalu banyak tapi saya cukup bangga hanya dengan ‘memulai’ (kode referral: wulski hehehe). Siapa tahu ada yang mau buka akun juga di bibit, kan, ya hehehe. Sama-sama untung 25 ribu, guyysss hahaha.

Itu tadi beberapa pelajaran berharga yang saya dapat di tahun 2020. Not all but I hope you can take something from this story. Tahun 2020 hanyalah satuan waktu. Terlepas dari memiliki satuan atau tidak, waktu akan terus bergulir dan berjalan maju. We can’t go back and turn the time. Use it well as well as possible so you regret nothing (or at least, minimize) in the future. Terus belajar, berproses, dan berarti.

Salam dari Weru, Sukoharjo!

0 komentar

Instagram

Featured Post

Hampa

Aku berlari dan terus berlari  Rasanya lelah namun aku tak bisa berhenti  Ku berlari tanpa arah yang pasti  Tak tahu pula apa yang tengah ku...

Contact Form

Name

Email *

Message *