Saya dan Buku

August 31, 2022, by Wulan Istri

Saya dan buku memiliki hubungan yang sangat dekat bahkan bisa dikatakan spesial. Walaupun cukup rumit dan sempat putus beberapa saat karena alasan kesibukan namun akhirnya kami bersatu kembali setelah diri saya merasakan kekosongan dalam hidup. Buku pun kembali lagi dan mengisi diri saya ini dengan perasaan baru dan persepktif yang ‘anyar’ pula.

Kalau diingat-ingat ke belakang, saya memang sudah menyukai buku sejak kecil. Sebelum saya bisa membaca pun saya sudah menyukainya dengan cara mencoret-coretnya membentuk motif rumput yang rapi pada lembar yang kosong (ini tanda cinta atau bukan, ya? Hahaha). Buku yang saya coret-coret adalah buku akuntansi milik kakak pertama saya. Kemudian, saya suka sekali 'ngedumel ngawur' sambil membuka halaman buku seolah-olah saya sedang membaca padahal saya hanya mengarang cerita.

Saat SD, sekolah kami tidak memiliki perpustakaan yang bisa diakses oleh murid-muridnya sehingga saya tidak memiliki pasokan buku yang cukup dibaca selain buku pelajaran. Selama saya SD, hanya pernah sekali perpustakaan keliling kabupaten datang dan membawa banyak buku-buku di dalamnya. Sayang, mereka hanya tinggal sekitar satu jam. Saat itu saya tidak punya cukup uang dan akses untuk berlangganan majalah Bobo dan membeli buku. Ada kalanya saya dan adik meminta Ayah yang bekerja di Salatiga untuk membelikan Majalah Bobo ketika pulang. Itupun belum karuan satu tahun rutin mendapat dua edisi. Namun begitu, hal tersebut pun tak pernah menyurutkan minat baca saya. Saya membaca apa saja yang bisa saya baca: komposisi di balik kemasan chiki, label pada sabun dan sampo, kertas bekas bungkusan sayur, koran bekas, atau buku pelajaran sepupu saya yang saat itu sudah SMP. Saya suka mengendap-endap ke kamarnya dan membaca buku Bahasa Indonesia atau buku sejarah miliknya untuk saya baca.

(Pura-Pura) Membaca

Salah Satu Surga Dunia (@ Perpustakaan Kuala Lumpur)

Kegemaran saya akan buku semakin menjadi-jadi setelah saya naik ke kalas enam dan telah melewati ujian nasional dan ujian sekolah. Saya memiliki banyak waktu luang untuk membaca waktu itu. Pun, saat itu kami memiliki perpustakaan sekolah yang baru dibuka dan seorang librarian! Senangnya bukan main! Saya tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dan mulai giat membaca dan meminjam buku-buku tersebut. Buku yang saya baca biasanya merupakan novel anak. Merasa kurang, saya ikutan membaca buku-buku dari perpustakaan SMP kakak tingkat saya. Dia biasanya meminjam dua buku jadi sistemnya saya membaca buku kedua, dia membaca buku pertama. Jika sudah selesai, maka kami akan bertukar buku. Dalam waktu singkat (hanya beberapa bulan), saya sudah bisa bisa menamatkan lebih dari 60 judul buku yang saya catat dengan rapi pada buku catatan kecil.

Nahas, buku catatan tersebut ditemukan oleh kakak kedua saya dan saya dimarahi habis-habisan. Kakak saya dulu tidak setuju saya membaca buku-buku cerita yang termasuk ke dalam kategori fiksi. Katanya saat itu, ‘buku cerita tidak bermanfaat’ hahaha. Oleh karenanya, saya berusaha membaca buku fiksi secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi termasuk ketika saya membaca buku Harry Potter pinjaman dari anak Guru SD saya. Saya membacanya di kala cahaya remang dan menyembunyikannya di bawah bantal.

Lambat laun, saya makin jarang membaca buku. Ketika saya SMP, buku-buku di perpustakaan terbilang usang dan tidak menarik bagi saya. Selain itu, saya gila belajar ketika SMP jadi tidak terlalu tertarik untuk membaca buku fiksi. Ketika SMA pun tidak banyak buku-buku yang menarik perhatian saya jadi saya tidak membaca banyak buku saat SMA. Di awal dan pertengahan masa kuliah, saya tidak membaca banyak buku mungkin hanya sekitar 1 – 5 lima buku dalam setahun. Waktu saya habis tersita oleh tugas kuliah dan organisasi. Namun, semuanya berubah ketika saya menghadapi tahap akhir skripsi. Bermula dari rasa bosan dan suntuk menunggu balasan chat dosen hingga menunggu proses mengurus sidang dan wisuda yang berbelit-belit, saya akhirnya mencoba membaca beberapa buku lagi. Buku fiksi, buku nonfiksi, semua! Saya membaca setiap buku yang menarik hati saya.

Membaca Buku di Rumah Sakit

Membaca Buku di Bukit Dekat Rumah

Saat ini, saya sedang menikmati membaca novel yang bergenre historical fiction atau sesimpel novel dengan latar masa lalu. Novel-novel tersebut memberikan gambaran terkait kehidupan dan kejadian di masa lalu. Saya baru sadar bahwa ternyata saya ini hampir tidak tahu apa-apa. Ah, betapa ceteknya pengetahuan saya! Saya juga membaca beberapa buku non-fiksi khususnya self-help. Tidak terlalu banyak, hanya baca beberapa saja.

Alhamdulillah, tahun 2022 ini (per hari ini), saya sudah menamatkan lebih dari 60 judul buku (akun goodreads: wulan_hastari). Untuk saya pribadi, buku adalah tempat ternyaman saya untuk ‘berpetualang’ dengan biaya minim. Saya bisa ‘meraba’ dunia lain dengan imajinasi melalui tiap kata, kalimat, dan paragraf yang saya baca. Saya setuju pada orang-orang yang bilang bahwa buku merupakan salah satu teman terbaik.

Buku adalah teman baik

Tapi bersama kopi, dunia terasa lebih komplit

0 komentar

Instagram

Featured Post

Hampa

Aku berlari dan terus berlari  Rasanya lelah namun aku tak bisa berhenti  Ku berlari tanpa arah yang pasti  Tak tahu pula apa yang tengah ku...

Contact Form

Name

Email *

Message *