Berkunjung ke Pantai Siung
August 27, 2022, by Wulan IstriMotor yang kami naiki menyusuri jalanan dengan pemandangan penuh dengan pepohonan di sisi kanan dan kiri. Motor melaju dengan kecepatan yang cukup konstan karena jalanan tidak terlalu ramai dan tak banyak traffic light yang perlu kami lewati. Hanya satu traffic light bahkan. Kami harus menurunkan laju ketika kami memasuki jalanan yang lebih sempit menuju arah pantai selatan tepatnya Pantai Siung. Jika ada dua mobil yang harus bersimpangan maka dua mobil tersebut harus menurunkan laju dan harus ada yang mengalah untuk menepi dan memberi jalan. Jalanannya sudah beraspal namun ada kalanya kami menemui jalan yang berlubang.
Pemandangan mendekati pantai akan
terasa damai. Perkampungan warga yang bersih, rapi, dan sederhana berpadu
dengan asrinya alam. Berbagai macam pepohonan, sebagian pagar warga yang
terbuat dari susunan batu-batu, serta lahan perkebunan yang khas dengan
pemandangan tebing-tebing dan bebatuan besar. Ada kalanya kami akan berpapasan
atau menjumpai orang-orang yang berangkat atau pulang menngendong rumput untuk pakan
ternak. Sungguh suasana pedesaan yang sangat damai.
Pantai Siung di pagi itu tampak ‘membiru’ dari jauh. Pasirnya putih nan lembut. Bibir pantainya tak terlalu panjang dan diapit oleh dua bukit bertebing di kanan dan kiri. Di sebelah kanan sisi pantai terdapat bebatuan dengan ukuran cukup besar yang kita bisa bersembunyi dibaliknya. Airnya jernih dan kita bisa menelisik di antara bebatuan tersebut. Saat itu sepertinya sedang pasang dan ombaknya cukup tinggi. Sebagai orang yang tidak bisa berenang, saya tidak berani melangkah lebih jauh untuk menghadang ombak.
![]() |
Where the Sea Meets The Sky - Pantai Siung |
![]() |
Di Antara Bebatuan |
Kami segera menuju ke bukit yang
ada di sebelah kiri. Untuk dapat menaiki bukit, diharuskan membayar uang
kebersihan sebesar dua ribu rupiah. Pemandangannya terlihat jauh lebih cantik
dari atas bukit karena kita bisa melihat bibir pantai secara keseluruhan. Di sepanjang
trail terdapat gazebo dan tempat
untuk bersantai dan tentu saja tidak gratis alias kita harus membayar sewa
gazebo tersebut jika ingin duduk di atasnya. Birunya air laut Nampak bergradasi,
ada yang biru kehijau-hijauan, ada yang biru gelap, dan biru biasa. Deburan ombak
yang menghantam bebatuan hitam di bagian bawah tebing sisi kiri pantai terasa
begitu mengasyikkan. Kalau dilihat-lihat seperti pemandangan di Jeju. Sampai di
puncak, kita akan menemukan omah-omahan/gubug
milik petani setempat. Dari puncak tersebut kita bisa menikmati pemandangan
tebing dan bibir pantai di sebelah timur Pantai Siung. It’s a really good place to relax. Bukit ini juga bisa menjadi salah
satu opsi bagi kalian yang ingin bermalam sambil camping.
![]() |
Pantai Siung (dilihat dari bukit) |
![]() |
Deburan Ombak Menghantam Bebatuan |
![]() |
Pemandangan Tebing Sisi Timur dari Gazebo |
Bagi saya pribadi, saya lebih
suka berkunjung ke sana di musim hujan. Kenapa? Karena tanaman-tanaman yang
berada di bukit akan berwarna hijau segar. Beda halnya ketika musim kemarau,
rerumputan akan terlihat menguning dan terkesan sedikit gersang. Berkunjung di
musim hujan memang sedikit tricky namun
tentu kita bisa mengantisipasinya dengan mencari informasi terkait ramalan
cuaca di hari yang direncanakan. Cara ini tidak bisa 100% akurat namun sangat
membantu.
Untuk urusan perut, tidak perlu khawatir.
Di sana terdapat penjual makanan yang harganya cukup terjangkau untuk ukuran
tempat wisata. Mie Ayam, Bakso, dan menu lainnya. Mushola dan kamar mandi juga
tersedia di sana. Tempat parkir juga tersedia baik untuk motor dan mobil. Parkir
motor di sana dibanderol dengan biaya tiga ribu rupiah. Tiket masuk ke sana
juga sangat terjangkau, hanya Rp. 10.000,00 untuk dua orang yang berboncengan
(pengemudi motor) yang terdiri dari Rp. 9.000,00 tiket masuk wisata dan Rp. 1.000,00
untuk asuransi.
Sekarang, apakah kalian tertarik
untuk berkunjung?
0 komentar